Pages

TERIMA KASIH KERANA MELAWAT BLOG INI

Sunday, August 7, 2011

Suasana “Padang Arafah” di Kota Bharu

hidayatullah.com


 
 SEPERTI pada tahun-tahun sebelumnya. Setiap kali datangRamadhan, sebuah kemah besar berwarna putih lengkap dengan alat pendingin dibangun. Perlengkapan ini, senantiasa untuk kenyamanan para jamaah Tarawih yang semakin ramai dari tahun ke taun. Bahkan kemah sebesar separuh lapangan sepak bola itu terasa sempit dengan jamaah kaum Muslimin dan muslimat yang datang, sehingga sehabagia terpaksa shalat di luar kemah.
“Terasa seperti berada di Padang Arafah” kata salah seorang jamaah yang pertama kali mendirikan shalat Tarawih di situ. Memang benar, situsi dan kondisinya mirip seperti di Padang Arafah saat mengerjakan haji.
Barangkali inilah yang ingin ditunjukkan oleh sang pencetus ide, Menteri Besar (Gubernur) Kelantan Tuan Guru Nik Abdul Aziz Nik Mat saat meresmikan kemah besar di lapangan di tengah Kota Bharu untuk tujuan shalat Tarawih, agar setiap umat Islam yang mendatanginya merasakan diri mereka seperti berada di Padang Arafah.

Imam shalatnya tahun ini didatangkan khusus dari Mesir. Dua orang qari’ dan hafidzh terkenal dari negara itu mengimami shalat isyak dan shalat sunat Tarawih setiap malam selama sebulan Ramadhan.
Kemerduan suaranya membuat makmum tidak terasa, meski harus berdiri berlama-lama untuk menghabiskan satu lembaran al-Quran yang dibaca sang imam untuk setiap rakaat.

Bahkan, banyak jamaah yang meneteskan air mata dengan penuh khusyuk menikmati maknanya.
Tapi kenapa shalat di lapangan dan di bawah kemah? Apakah di Kota Bharu tak ada masjid? Barangkali ada yang bertanya demikian.

Ya, masjid dan surau banyak sekali di kota ini. Antara lain masjid besar bernama Masjid Muhammadi. Ini merupakan masjid pemerintah, jarak lokasinya cuma satu kilometer dari kemah Tarawih yang terletak di Dataran Stadium Sultan Muhamaad Ke-IV.

Setiap masjid dan surau, termasuk Masjid Muhammadi rutin Ramadhannya mengadakan shalat sunat Tarawih sejak dulu. Namun oleh pemerintah dibangunkan sebuah kemah besar berfungsi sebagai masjid untuk tempat qiammulail semata-mata untuk memberikan sedikit kelainan dan cinta rasa baru kepada para jamaah.

Di antaranya, menghadirkan suasana “Padang Arafah” ke dalam diri setiap muslimin dan muslimat. Kedua, untuk kemudahan para musafir yang tidak berkesempatan untuk ke masjid kerana urusan mahu disegerakan.

Sebelum berpindah ke Dataran Stadium, sebuah kemah yang sama pernah didirikan di terminal bas di tengah kota. Di situlah awal mula shalat Tarawih di bawah kemah di Negeri Kelantan.
Awalnya, kala itu, hanya untuk para sang musafir yang melewati kawasan itu dan memberi kemudahan kepada mereka untuk singgah sebentar mengerjakan shalat Tarawih delapan rakaat atau sebelas rakaat termasuk witir sebelum berangkat untuk urusan masing-masing.

Saat itu imamnya seorang hafidz juga didatangkan dari Republik Rakyat China. Kedatangannya dibiayai oleh pemerintah Kelantan. Ketika itu ada orang bertanya “Apakah di Negeri Serambi Mekah ini sudah kemarau imam, sehingga terpaksa import imam dari China?”

Namun luar biasa jawaban Nik Aziz. “Saya sebenarnya ingin merobah persepsi kamu. Selama ini, dalam fikiran kamu hanya orang Melayu saja boleh jadi imam shalat. Walhal orang China juga boleh jadi Imam. Mereka adalah bangsa yang lebih awal memeluk Islam dari kita. Dan ingatlah, Islam itu untuk seluruh manusia tanpa dibatasi bangsa dan negara,” ujar pria yang akrab disapa Tok Guru ini.
Banyak ide-ide luar biasa Nik Azis. Masyarakat Kelantan percaya, Tuan Guru Nik Aziz melihat jauh ke depan, sedangkan rakyat hanya melihat sejengkal di depan mata!*
Rossem. Penulis adalah wartawan, tinggal di Kelantan

Red: Cholis Akbar

Popular Posts